Thursday, December 10, 2015

Pilkada dan Budayanya


 Hasil gambar untuk pilkada

Sudah 5 tahunkah sekarang? Ya, beberapa waktu lalu tepatnya rabu, 9 desember 2015, Pilkada, Pilgub, dan Pilwalkot di laksanakan secara serentak di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Di Kpu, tercatat setidaknya  9 provinsi, 34 kota, dan 223 kabupaten yang telah menyelenggarakan Pemilihan calon-calon kepala daerah, provinsi, dan kota. Mengenai jumlah pasangan sendiri KPU telah merilis jumlah calon-calon pasangan yang berhak maju dalam pemilihan diantaranya untuk kabupaten telah terdaftar sebanyak 676 pasangan calon bupati dan wakilnya dimana 126 diantaranya menempuh jalur independent. Selanjutnya untuk kabupaten telah terdaftar 20 pasangan calon yang tersebar di 9 provinsi penyelenggara, dimana tercatat 2 pasangan calon yang menempuh jalur independent. 

Terakhir dari pemilihan walikota terdaftar 114 pasangan calon yang tersebar di 36 kota besar di Indonesia, 28 diantaranya memilih jalur independent. Dari data tersebut menunjukan bahwa begitu antusiasnya saudara-saudara kita yang bersedia mencalonkan diri atau dalam artian bersedia dan akan mampu mewakili kehendak kita dengan menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai daerah. Satu problem yang pasti disini dimana sebenarnya kita belum mengetahui secara pasti tujuan utama dan motivasi penunjang dari mereka yang berani mencalonkan diri, apakah orientasi mereka memang tertuju untuk mensejahterakan rakyat, bahkan bisa sebaliknya apakah masih ada sebagian kecil dari mereka yang memiliki orientasi untuk kekuasaan dan memupuk harta demi menunjang hari tua, karena bukan sebuah rahasia lagi jika dunia politik adalah dunia yang menawarkan sejumlah kemewahan dan godaan-godaan dengan lembaran-lembaran kertas merah dan biru yang dapat bertebaran dimana-mana. Kita tidak tahu hanya mereka dan tuhan yang tahu, semua telah terencana dengan matang dalam benak mereka calon-calon pemimpin bangsa. Setidaknya kita telah mengetahui secara singkat mengenai profil dan track record mereka para calon pasanagan di daerah mereka masing-masing, kita juga telah mengetahui visi dan misi serta janji-janji kampanye mereka yang belum tentu hasil buah piker mereka sendiri, tugas kita sekarang hanya berdo’a dan berharap nagar mereka-mereka yang terpilih nantinya dapat amanah dalam menjalankan tugas baru mereka.

Selanjutnya mengenai budaya, budaya secara universal dapat berarti kebiasaan. Jika kita kaitkan dengan pemilihan-pemilihan yang baru saja berlangsung dapat berarti suatu kebiasaan yang sering terjadi pada saat Pilkada, Pilgub, maupun Pilwalkot. Salah satu kebiasaan yang sudah menjadi budaya politik di Indonesia adalah istilah Money Politic atau bpolitikdengan uang, mengapa politik dengan uang? Oke di zaman sekarang kejujuran sudah dinomor duakan bagi beberapa kalangan dalam bertindak, jika calon pemimpinya saja sudah berbuat kotor dengan calon rakyatnya sebelum terpilih apa lagi nanti setelah duduk di kursi panas bukan tidak mungkin moral bangsa kita akan menjadi bobrok, ironisnya dapat menghilangkan nila-nilai luhur bangsa dan pemahaman rakyat Indonesia akan jiwa-jiwa Pancasila. Semua kembali pada kesadaran diri masing-masing, money politic akan terus menjadi budaya jika tidak di musnahkan secara paksa. Hilangkan ambisi yang berlebihan dan tetapn percaya dengan pilihan rakyat, karena yang mereka pilih tentu yang terbaik bagi mereka yang berasal dari hati nurani mereka, hal yang tertera diatas merupakan salah satu contoh kebiasaan negative yang masih menjadi budaya dalam berpolitik di Indonesia serta memiliki dampak buruk bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Jika kita pandang dan kaji dalam sisi kebiasaan positif pemilihan-pemilihan umum baik itu Pilkada, pilgub, pilwalkot, maupun pilpres sekalipun memiliki efek yang cukup baik bagi mereka peserta-peserta baru dalam pemilihan umum atau anak-anak muda, karena hal ini tentu akan membangkitkan semangat mereka dalam memilah dan memilih calon-calon pemimpin mereka serta membuka wawasan mereka akan dunia politik. Memang dunia politik sunggulah menjanjikan bagi mereka yang haus akan kekuasaan dan harta, tapi jangan lupa juga nasib rakyat ada di pundak mereka yang akan memimpin daerah masing-masing.

 Kita berharap kedepanya Indonesia lebih baik lagi dan berharap pemimpin-pemimpin yang terpilih nantinya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila. Mulailah memotivasi diri dengan hal-hal yang positif, hilangkan ambisius dan bangunlah sikap optimis bukan pesimis, karena tak ada yang mustahil jika dilakukan dengan usaha dan do’a. begitu juga dengan pilihan rakyat, pilihan mereka adalah hasil terbaik untuk masa depan bangsa kita Indonesia. 

Kiagus. M. Rio Aldino
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Univ.Gunadarma


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

0 comments: