Republik Nauru. By. en.wikipedia.org |
Luas Wilayah : 21 KM2
Bentuk Negara : Republik
Kepala Negara dan kepala pemerintahan:
Presiden
Ibukota : Yaren
Agama : Protestan 58%, Katolik 24%,
Konghucuc dan Taoisme 8%
Bahasa Nasional : Nauru
Mata Uang : Dollar Australia
Lagu Kebangsaan : "Anibare
Bay"
Sumber Alam : Fosfat
Industri : Fosfat
Republik Nauru terdengar
cukup asing di telinga memang. Nauru mendeklarasikan kemerdekaannya pada
tanggal 31 januari 1968 dengan ibu kota negaranya bernama Yaren. Jadi, Nauru
bukan hanya sekedar pulau kecil di dekat perairan Indonesia Australia, Nauru
adalah sebuah Negara kecil seluas 'telapak tangan' di wilayah Pasifik Selatan
Mikronesia, kurang lebih 500 km dari dari pulau Papua Indonesia. Negara berarea
21km persegi ini selama 30 tahun pernah tercatat sebagai salah satu negara
terkaya di dunia. Pendapatan perkapitanya pada tahun 1981 mencapai 17.000
dolar,jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya 530 dolar perkapita di
tahun yang sama. Jumlah penduduk di Negara Nauru hanya sekitaran 13 ribu jiwa,
sangat sedikit memang jika di bandingkan dengan jumlah penduduk di tanah air. Nauru
tumbuh menjadi negara yang sangat masyur dan kaya. Mereka membangun
gedung-gedung tinggi. Mengimpor mobil-mobil dan pesawat-pesawat komersial
mewah. Tak ada orang miskin di sana, apalagi gelandangan. Negara memberikan
subsidi kehidupan bagi seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja
diangkat menjadi pegawai negeri. Para pegawai ini tidak terikat jam kerja.
Mereka boleh datang dan pergi sesuka hati. Para penganggur pun disubsidi oleh
negara. Saking kayanya Nauru, tanpa bekerja pun para penduduk dapat merasakan
hidup mewah. Rakyat tidak dikenakan pajak. Pendidikan dan kesehatan gratis,
pangan disubsidi, pelajar yang ingin bersekolah ke luar negeri diberi beasiswa.
Bahkan saking manjanya, penduduk Nauru enggan jadi pekerja lapangan.
Pemerintahnya terpaksa mengimpor tenaga kerja dari Australia, Cina, Kiribati
dan Tuvalu
Negara
Phospat
Yang
membuat Negara Nauru terkenal akan kekayaannya tak lain karena kotoran burung.
Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk
selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru
merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano. Kotoran burung ini menjadi
phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman.
Tambang Phospat. By. www.kaskus.co.id |
Phospat ditemukan tahun
1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu Nauru masih menjai bagian
dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada 31 Januari 1968,
pertambangan phospat dikuasai oleh penduduk asli daerah. Diperkirakan, jumlah
phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru 41 juta ton. Ini jumlah yang besar.
Jika dibandingkan kembali dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau,
jumlah seluruh phospatnya diperkirakan hanya sekitar 2,5 juta ton. Karena itu
wajarlah kiranya negara yang masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu
disebut-sebut sebagai negara phospat, dan diincar oleh banyak negara. Lantas hal apa saja membuat negara ini jatuh miskin dan menderita, berikut adalah 4 faktor yang menyebabkan Nauru menjadi negara yang bangkrut :
1.
Eksplorasi Berlebihan
Kekayaan membuat Nauru
terlena. Mereka mengeksplorasi phospat, yang menjadi satu-satunya sandaran
hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan masa depan. Hal ini
mengakibatkan dua masalah serius.
Pertama, eksplorasi
besar-besaran itu membuat cadangan phospat Nauru menipis. Jumlah ekspornya
menurun drastis dari dua juta ton pertahun ke Australia dan Selandia Baru,
menjadi hanya 33.000 ton saja tahun 2001. Pendapatan perkapitanya turun dari
17.000 dolar ke angka 3.000 dolar. Tahun 2006 menjadi tahun yang sangat berat
bagi Nauru karena pertambangan-pertambangan besar Nauru tutup akibat ketiadaan
phospat. Yang masih beroperasi hanyalah pertambangan skala kecil yang tak
terlalu bisa diandalkan. Akibatnya pun pahi. Kini Nauru menjadi Negara yang bangkrut.
2.
Kerusakan Lingkungan
Masalah
kedua Nauru adalah kerusakan lingkungan. Masalah ini tak kalah seriusnya.
Organisasi pecinta lingkungan Greenpeace mencatat, akibat pertambangan yang
membabi buta, 90% wilayah Nauru kini tak layak huni (waste-land),dan memerlukan
rehabilitasi secara besar-besaran. Sekarang di Nauru akan sangat sulit
ditemukan kawasan hutan, semuanya hancur. Pohon-pohon kelapa pinggir pantai
roboh semua. Dan jika di lihat dari udara, keadaan alam Nauru benar-benar
mengerikan. Mantan menteri Nauru, James Aigimea bahkan berharap fosfat tidak
ditemukan di Nauru hingga ia tidak perlu menyaksikan kengerian semacam ini.
Nauru
menuntut Inggris, Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas
kerusakan ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di
Nauru berasal dari negara-negara tersebut. Pada penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, Australia setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama
20 tahun. Inggris dan Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar.
Namun kompensasi ini sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan.
Tercatat, selain merusak 90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40%
kehidupan laut di Zona Ekonomi Ekslusif (Exclusive Economic Zone). Vegetasi
hijau dan habitat mamalia musnah. Jenis-jenis hewan di Nauru sangat sedikit,
bisa dihitung dengan jari. Akibat kerusakan
lingkungan, lahan yang ada tak bisa ditanami dan cadangan air menghilang. Mereka terpaksa mengimpor seluruh makanan dan
minuman dari Australia. Sungguh mengkhawatirkan kondisi negara kecil Nauru kini.
Wilayah yang dulunya makmur dan subur itu, kini panas dan gersang. Tak ada lagi
kehijauan, hanya debu yang menutup pandangan.
3.
Obesitas Yang Paling Tinggi Sejagat
Orang
yang kaya raya dan tidak bisa berpikir dengan jernih cenderung menjadi orang
yang serakah dan rakus. Hal ini terjadi di Negara Nauru. Hampir semua warganya
setiap hari hanya makan tak terkontrol, minum alkohol, dan merokok sehingga
menyebabkan sebagian besar penduduk Nauru saat ini terjangkit Obesitas yang
mengkhawatirkan bahkan Nauru dijuluki sebagai Negara dengan tingkat Obesitas
tertinggi di dunia, ironis memang.
4.
Negara Tukang Hutang
Kemalangan yang terjadi
di Nauru tidak ada habisnya. Alam yang hancur, sumber daya alam yang habis
membuat negara ini miskin. Bahkan pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa adanya bantuan dari negara tetangga. Hutang mereka mencapai 240 juta
dolar, lebih besar dari APBN mereka sendiri. Nauru terpaksa melego propertinya
untuk menutupi hutang seperti gedung
pencakar langit Nauru House, Sydney's Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping
Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne. Meski demikian,
hutang tetap belum lunas, masih tersisa 33 juta dolar. Nauru jatuh dalam
kubangan kemiskinan. Membayar sewa gedung saja mereka kini tak mampu. Lapangan
terbang mereka pun kini ditutup karena tak punya dana melakukan perawatan. Di
tengah kepanikan, pemerintah Nauru mengambil langkah pragmatis, mereka
menawarkan Nauru kepada Australia untuk menjadi tempat pengungsian
manusia-manusia perahu dengan imbalan 20 juta dolar. Namun, karena masyarakat
Nauru terbiasa hidup manja dan malas akibat kemakmuran, mereka tidak tahu
bagaimana cara mengurus para pengungsi ini, akibatnya para pengungsi hidup
terlantar dalam kondisi menyedihkan. Dan jika Jika Australia tidak memberi
pinjaman bisa dipastikan negara ini akan hancur dalam waktu dekat.
Maka gunakan dan manfaatkanlah apa yang diberikan oleh Allah
SWT itu secara wajar, karena semua yang ada di bumi ini semata-mata hanyalah
titipan sesaat. DanAllah SWT sangat membenci perilaku tamak dan rakus. Tetap jaga
hati dan kuatkan iman, jauhi perilaku sombong karena sombong sedikit-demi
sedikit akan menuntun kita kedalam jurang kesesatan.
#SalamSukses
#MRioAldino
0 comments:
Post a Comment