Sudah
5 tahunkah sekarang? Ya, beberapa waktu lalu tepatnya rabu, 9 desember 2015,
Pilkada, Pilgub, dan Pilwalkot di laksanakan secara serentak di berbagai daerah
di seluruh Indonesia. Di Kpu, tercatat setidaknya 9 provinsi, 34 kota, dan 223 kabupaten yang
telah menyelenggarakan Pemilihan calon-calon kepala daerah, provinsi, dan kota.
Mengenai jumlah pasangan sendiri KPU telah merilis jumlah calon-calon pasangan
yang berhak maju dalam pemilihan diantaranya untuk kabupaten telah terdaftar
sebanyak 676 pasangan calon bupati dan wakilnya dimana 126 diantaranya menempuh
jalur independent. Selanjutnya untuk kabupaten telah terdaftar 20 pasangan
calon yang tersebar di 9 provinsi penyelenggara, dimana tercatat 2 pasangan
calon yang menempuh jalur independent.
Terakhir dari pemilihan walikota terdaftar 114 pasangan calon yang tersebar di 36 kota besar di Indonesia, 28 diantaranya memilih jalur independent. Dari data tersebut menunjukan bahwa begitu antusiasnya saudara-saudara kita yang bersedia mencalonkan diri atau dalam artian bersedia dan akan mampu mewakili kehendak kita dengan menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai daerah. Satu problem yang pasti disini dimana sebenarnya kita belum mengetahui secara pasti tujuan utama dan motivasi penunjang dari mereka yang berani mencalonkan diri, apakah orientasi mereka memang tertuju untuk mensejahterakan rakyat, bahkan bisa sebaliknya apakah masih ada sebagian kecil dari mereka yang memiliki orientasi untuk kekuasaan dan memupuk harta demi menunjang hari tua, karena bukan sebuah rahasia lagi jika dunia politik adalah dunia yang menawarkan sejumlah kemewahan dan godaan-godaan dengan lembaran-lembaran kertas merah dan biru yang dapat bertebaran dimana-mana. Kita tidak tahu hanya mereka dan tuhan yang tahu, semua telah terencana dengan matang dalam benak mereka calon-calon pemimpin bangsa. Setidaknya kita telah mengetahui secara singkat mengenai profil dan track record mereka para calon pasanagan di daerah mereka masing-masing, kita juga telah mengetahui visi dan misi serta janji-janji kampanye mereka yang belum tentu hasil buah piker mereka sendiri, tugas kita sekarang hanya berdo’a dan berharap nagar mereka-mereka yang terpilih nantinya dapat amanah dalam menjalankan tugas baru mereka.
Terakhir dari pemilihan walikota terdaftar 114 pasangan calon yang tersebar di 36 kota besar di Indonesia, 28 diantaranya memilih jalur independent. Dari data tersebut menunjukan bahwa begitu antusiasnya saudara-saudara kita yang bersedia mencalonkan diri atau dalam artian bersedia dan akan mampu mewakili kehendak kita dengan menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai daerah. Satu problem yang pasti disini dimana sebenarnya kita belum mengetahui secara pasti tujuan utama dan motivasi penunjang dari mereka yang berani mencalonkan diri, apakah orientasi mereka memang tertuju untuk mensejahterakan rakyat, bahkan bisa sebaliknya apakah masih ada sebagian kecil dari mereka yang memiliki orientasi untuk kekuasaan dan memupuk harta demi menunjang hari tua, karena bukan sebuah rahasia lagi jika dunia politik adalah dunia yang menawarkan sejumlah kemewahan dan godaan-godaan dengan lembaran-lembaran kertas merah dan biru yang dapat bertebaran dimana-mana. Kita tidak tahu hanya mereka dan tuhan yang tahu, semua telah terencana dengan matang dalam benak mereka calon-calon pemimpin bangsa. Setidaknya kita telah mengetahui secara singkat mengenai profil dan track record mereka para calon pasanagan di daerah mereka masing-masing, kita juga telah mengetahui visi dan misi serta janji-janji kampanye mereka yang belum tentu hasil buah piker mereka sendiri, tugas kita sekarang hanya berdo’a dan berharap nagar mereka-mereka yang terpilih nantinya dapat amanah dalam menjalankan tugas baru mereka.
Selanjutnya
mengenai budaya, budaya secara universal dapat berarti kebiasaan. Jika kita
kaitkan dengan pemilihan-pemilihan yang baru saja berlangsung dapat berarti
suatu kebiasaan yang sering terjadi pada saat Pilkada, Pilgub, maupun Pilwalkot.
Salah satu kebiasaan yang sudah menjadi budaya politik di Indonesia adalah
istilah Money Politic atau bpolitikdengan uang, mengapa politik dengan uang?
Oke di zaman sekarang kejujuran sudah dinomor duakan bagi beberapa kalangan
dalam bertindak, jika calon pemimpinya saja sudah berbuat kotor dengan calon
rakyatnya sebelum terpilih apa lagi nanti setelah duduk di kursi panas bukan
tidak mungkin moral bangsa kita akan menjadi bobrok, ironisnya dapat
menghilangkan nila-nilai luhur bangsa dan pemahaman rakyat Indonesia akan jiwa-jiwa
Pancasila. Semua kembali pada kesadaran diri masing-masing, money politic akan
terus menjadi budaya jika tidak di musnahkan secara paksa. Hilangkan ambisi
yang berlebihan dan tetapn percaya dengan pilihan rakyat, karena yang mereka
pilih tentu yang terbaik bagi mereka yang berasal dari hati nurani mereka, hal
yang tertera diatas merupakan salah satu contoh kebiasaan negative yang masih
menjadi budaya dalam berpolitik di Indonesia serta memiliki dampak buruk bagi
rakyat dan bangsa Indonesia. Jika kita pandang dan kaji dalam sisi kebiasaan
positif pemilihan-pemilihan umum baik itu Pilkada, pilgub, pilwalkot, maupun
pilpres sekalipun memiliki efek yang cukup baik bagi mereka peserta-peserta
baru dalam pemilihan umum atau anak-anak muda, karena hal ini tentu akan membangkitkan
semangat mereka dalam memilah dan memilih calon-calon pemimpin mereka serta
membuka wawasan mereka akan dunia politik. Memang dunia politik sunggulah menjanjikan
bagi mereka yang haus akan kekuasaan dan harta, tapi jangan lupa juga nasib
rakyat ada di pundak mereka yang akan memimpin daerah masing-masing.
Kita berharap kedepanya Indonesia lebih baik
lagi dan berharap pemimpin-pemimpin yang terpilih nantinya tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai pancasila. Mulailah memotivasi diri dengan hal-hal yang
positif, hilangkan ambisius dan bangunlah sikap optimis bukan pesimis, karena
tak ada yang mustahil jika dilakukan dengan usaha dan do’a. begitu juga dengan
pilihan rakyat, pilihan mereka adalah hasil terbaik untuk masa depan bangsa
kita Indonesia.
Kiagus. M. Rio
Aldino
Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Univ.Gunadarma
0 comments:
Post a Comment